Betapa bahagia kita dapat berjumpa setelah 37 tahun berpisah dan tercerai berai entah dimana.
Mengenang masa-masa indah di SMPN 1 Bandung. Ada sejumlah nama yang masih teringat antara lain : Syarief,Endang,Dida, Anwar, Otto Sidharta,Lucky,Ruby,Deny Novendi, Deny Pandu,Rasyid, Robert Simanjuntak,Sulastri,Ita Roswita,Ita Rustita, Henny,Okke,Diah, Ineu, Nenny,Sri Amiati, Nteu,Deddy Go'unt,Novita, Fatimah, Asmara,Yati,Tuti,Ati Asmara.....dll
Alumni SMPN-1 Bandung
Selasa, 12 Agustus 2008
Senin, 11 Agustus 2008
JITUJI KE PANTAI CARITA YANG INDAH....
Di hari sabtu yang cerah tanggal 9 Agustus 2008, komunitas jituji smpn-1 Bandung angkatan 1971 mengunjungi perkawinan dua orang anak aki-aki ragrag surak : Anwar Hussein di Cilegon. Sang juragan memakai sorjan ala Jawa dan tetap brewokan dengan ceria menyambut rombongan yang kesasar beberapa kali.
Dedi Gount sang pimpinan rombongan berusaha tersenyum walaupun kepanasan dan kehausan. Meskipun mempelai belon tampak, rombongan langsung menubruk makanan karena sudah lapar. Tapi ternyata makanannya pedas hah suhah suhah.....Meneer Robert Simanjuntak sebagai sesepuh jituji langsung minum aqua tiga gelas.
Perjalanan dilanjutkan ke Carita....lumayan jauh. Tapi sungguh tidak mengecewakan. Nonton matahari tenggelam bersama aki-aki dan nini-nini. Malamnya masak ikan bakar sambil ngadongeng riwayat hidup masing-masing. Sungguh indah....bersama kenangan masalalu yang tak akan terulang lagi. Penuh canda, penuh riang dan saling membuka 'kartu' masa lalu, terutama soal percintaan dan pengalaman unik.
Ah betapa akan sulitnya jika terjadi 5 atau 10 tahun yang akan datang ketika usia sudah menginjak kepala enam. Sebagian mungkin akan mendahului, sebagian akan semakin renta, sebagian lagi sudah sakit2an. Yang lebih menyedihkan, kita akan bertemu dalam kondisi kegagahan aki-aki mulai runtuh dan kecantikan nini-nini mulai pudar. Pertemuan hanya akan berisi keluhan dan diskusi soal penyakit.
Bayangkan.
Malam harinya dilanjutkan dengan acara ketawa bersama kepingkel pingkel, menertawakan keanehan diri sendiri yang mulai menua. Atau kejadian lucu akibat bentuk fisik yang semakin mengendur dan berubah bentuk.
Sungguh....pertemuan dimasa masa sekarang adalah surga yang amat sulit diperoleh.
Menyesallah mereka yang tidak menyempatkan diri ikut bergabung.
Sungguh.
Dedi Gount sang pimpinan rombongan berusaha tersenyum walaupun kepanasan dan kehausan. Meskipun mempelai belon tampak, rombongan langsung menubruk makanan karena sudah lapar. Tapi ternyata makanannya pedas hah suhah suhah.....Meneer Robert Simanjuntak sebagai sesepuh jituji langsung minum aqua tiga gelas.
Perjalanan dilanjutkan ke Carita....lumayan jauh. Tapi sungguh tidak mengecewakan. Nonton matahari tenggelam bersama aki-aki dan nini-nini. Malamnya masak ikan bakar sambil ngadongeng riwayat hidup masing-masing. Sungguh indah....bersama kenangan masalalu yang tak akan terulang lagi. Penuh canda, penuh riang dan saling membuka 'kartu' masa lalu, terutama soal percintaan dan pengalaman unik.
Ah betapa akan sulitnya jika terjadi 5 atau 10 tahun yang akan datang ketika usia sudah menginjak kepala enam. Sebagian mungkin akan mendahului, sebagian akan semakin renta, sebagian lagi sudah sakit2an. Yang lebih menyedihkan, kita akan bertemu dalam kondisi kegagahan aki-aki mulai runtuh dan kecantikan nini-nini mulai pudar. Pertemuan hanya akan berisi keluhan dan diskusi soal penyakit.
Bayangkan.
Malam harinya dilanjutkan dengan acara ketawa bersama kepingkel pingkel, menertawakan keanehan diri sendiri yang mulai menua. Atau kejadian lucu akibat bentuk fisik yang semakin mengendur dan berubah bentuk.
Sungguh....pertemuan dimasa masa sekarang adalah surga yang amat sulit diperoleh.
Menyesallah mereka yang tidak menyempatkan diri ikut bergabung.
Sungguh.
Sabtu, 02 Agustus 2008
KENANGAN YANG TAK TERLUPAKAN DI SMPN1 BANDUNG
Setiap pagi di tahun 1969 hingga tahun 1971, para murid SMP 1 Bandung selalu saja sibuk.
Kesibukan rutin anak-anak yang akan sekolah yang tergesa-gesa.
Pada waktu itu belum ada angkot seperti sekarang. Paling ada hanya oplet yang selalu dipenuhi para pedagang.
Ketika waktu menunjukkan jam 6.00 pagi, aku terperanjat....karena hari telah siang.
Setengah berlari aku langsung mandi dengan air dingin yang telah kutimba sorenya.
Dengan sarapan beberapa kepal nasi dan kecap cap Udang Sari kupakai baju seragam putih biru.
Kusambar tas jinjing plastik yang berisi beberapa buah buku saja.
Setelah pamitan, aku minta uang jajan. Biasanya hanya diberi Rp 5,- atau paling tinggi Rp 10,-.
Maklum ayahku seorang pegawai negeri.
Setelah berjalan setengah berlari sepanjang 5-6 km, langsung menuju halaman sekolah dan bergegas jalan cepat......
Setengah terengah- engah sampailah di pintu gerbang SMPN I yang hampir ditutup.
Lonceng besi yang tergantung di halaman sekolah ditalu beberapa kali....teng....teng....teng.
Semua duduk rapih di dalam kelas...padahal badan agak berkeringat.
Der der der.....suara mistar kayu dipukul ke papan tulis oleh guru ilmu ukur : P.Kahfi.
Dengan tenangnya sang guru menulis soal persamaan bidang terpotong....
"Yak....kamu ke depan maju " kata pak guru.
"Simpan buku peermu di di atas meja....dan kerjakan tuh soal di depan, yang lainnya kerjakan di buku masing-masing...".
Dua jam berlalu dengan penuh ketegangan, tiba-tiba masuklah Pak Sarihin guru gambar.
Suasana agak santai, karena Pak Sarihin pandai melucu dan selalu memberi contoh menggambar dipapan tulis. Gambar botol, gambar orang atau gambar pemandangan........
Tiba-tiba di kelas bagian belakang agak gaduh, huh ternyata ada sejumlah anak yang berencana untuk adu jotos di halaman kerkov-kuburan Belanda.
.............................................................................
.............................................................................
Kesibukan rutin anak-anak yang akan sekolah yang tergesa-gesa.
Pada waktu itu belum ada angkot seperti sekarang. Paling ada hanya oplet yang selalu dipenuhi para pedagang.
Ketika waktu menunjukkan jam 6.00 pagi, aku terperanjat....karena hari telah siang.
Setengah berlari aku langsung mandi dengan air dingin yang telah kutimba sorenya.
Dengan sarapan beberapa kepal nasi dan kecap cap Udang Sari kupakai baju seragam putih biru.
Kusambar tas jinjing plastik yang berisi beberapa buah buku saja.
Setelah pamitan, aku minta uang jajan. Biasanya hanya diberi Rp 5,- atau paling tinggi Rp 10,-.
Maklum ayahku seorang pegawai negeri.
Setelah berjalan setengah berlari sepanjang 5-6 km, langsung menuju halaman sekolah dan bergegas jalan cepat......
Setengah terengah- engah sampailah di pintu gerbang SMPN I yang hampir ditutup.
Lonceng besi yang tergantung di halaman sekolah ditalu beberapa kali....teng....teng....teng.
Semua duduk rapih di dalam kelas...padahal badan agak berkeringat.
Der der der.....suara mistar kayu dipukul ke papan tulis oleh guru ilmu ukur : P.Kahfi.
Dengan tenangnya sang guru menulis soal persamaan bidang terpotong....
"Yak....kamu ke depan maju " kata pak guru.
"Simpan buku peermu di di atas meja....dan kerjakan tuh soal di depan, yang lainnya kerjakan di buku masing-masing...".
Dua jam berlalu dengan penuh ketegangan, tiba-tiba masuklah Pak Sarihin guru gambar.
Suasana agak santai, karena Pak Sarihin pandai melucu dan selalu memberi contoh menggambar dipapan tulis. Gambar botol, gambar orang atau gambar pemandangan........
Tiba-tiba di kelas bagian belakang agak gaduh, huh ternyata ada sejumlah anak yang berencana untuk adu jotos di halaman kerkov-kuburan Belanda.
.............................................................................
.............................................................................
Langganan:
Postingan (Atom)